Tuesday, May 16, 2017

issue kebangkitan komunisme : antara fiksi dan faktual


ISSUE KEBANGKITAN KOMUNISME: ANTARA FIKSI DAN FAKTUAL 
Oleh : MUCHTAR EFFENDI HARAHAP (NSEAS: Network for South East Asian Studies)

Satu dampak lain Indonesia berpaling ke Cina, yakni merebaknya issue   kebangkitan komunisme.Kebangkitan komunisme  bukan pengertian ormas atau parpol, tetapi masih pengertian kerangka berpikir dan cita-cita orang per orang atau individu per individu  tergabung kelompok-kelompokl. Bagi sebagian pengamat,  tidak ada kebangkitan komunisme karena hal itu hanya "halusinasi" atau "fiksi"  semata. Kebangkitan komunisme menjadi "faktual" jika berbentuk ormas  atau parpol.

Masalah fiksi atau fakta tentang kebangkitan komunisme ini sungguh menjadi kandungan polemik bukan saja sesama rakyat tetapi antara rakyat dan Rezim Jokowi.

Bagi mereka, percaya kebangkitan komunisme itu fiksi hanyalah   framing politik Orba.  PKI digambarkan begitu kejam dan tak berprikemanusiaan sejatinya telah mati. Tapi, ada upaya menghidupkan kembali agar masyarakat gelisah lagi.

Selanjutnya, anak kandung pendiri PKI DN Aidit, Ilham Aidit heran  dengan kemunculan issue dan ketakutan atas kebangkitan komunisme. Ilham memastikan PKI takkan  bangkit kembali dan faham komunis takkan  berkembang.

Agak senada Ilham,  Menkopolhukam Wiranto menilai,  pergerakan komunis saat ini tidak sehebat dulu. Kini  memang ada gerakan sporadis itu.  Tapi, belum ada gerakan internasional mendukung gerakan  komunis di Indonesia.  Kondisi kini tak seperti  era perang dingin ketika negara-negara berpaham komunis mendapat banyak sokongan dari negara adidaya  sebagai pelindung.

Di lain pihak, bagi percaya kebangkitan komunisme faktual ajukan  argumentasi utama, yakni   Cina sebagai negara berideologi komunisme tentu akan membantu bangkitnya kembali komunisme di Indonesia. Argumentasi ini menyebabkan keresahan dan kecaman rakyat anti komunisme, terutama perwira TNI, kaum terpelajar didikan Barat dan kelompok Islam politik.

Panglima TNI Gatot Nurmantyo, mengingatkan kepada seluruh prajurit  untuk terus waspada dan peka terhadap ideologi  mengarah ke radikalisme terkhusus PKI. Berbagai kegiatan kelompok PKI sedang marak. Indikasi ini dapat dilihat dari munculnya atribut kelompok ideologi radikal, seperti palu arit, baik  terpasang di sepatu, kaos, baju, dan spanduk. Termasuk dengan kemasan pagelaran kesenian bernuansa komunis dan sejenisnya.

Kemasan pagelaran kesenian bernuansa komunis dan sejenisnya, adalah salah satu wujud nyata gerakan radikal  harus dicermati.

Berikutnya, Kasad Jend. Mulyono mengingatkan,  kebangkitan ideologi komunis makin terlihat nyata. Ada kelompok  ingin memutar fakta sejarah seolah mereka adalah korban. Ia  juga mengingatkan,   komunis sebagai sebuah ideologi takkan  pernah padam. Komunis akan bermetamorfosa menjadi bentuk baru.  Gerakan ini  makin sulit dikenali dan menyusup ke berbagai lini tanpa disadari.

Dari fihak didikan Barat, 

Amien Rais,  menilai ada kebohongan  sedang dilakukan untuk menutupi kebangkitkan PKI. Mereka bilang komunisme sudah usang, tidak usah ditakuti, sudah tidak ada di mana-mana. Orang seperti ini sangat tidak bertanggung jawab, pura-pura bodoh. Berbagai cara dilakukan PKI untuk bangkit kembali.

Saat ini komunis tengah berupaya terlebih dulu menghancurkan akhlak bangsa dengan menjadikan hak asasi manusia (HAM) sebagai tameng. Belum lagi pornografi, narkoba, menggiatkan juga itu kita sudah terjebak dengan komunisme kultural.

MUI Jawa Tengah mencurigai komunisme akan muncul kembali.Ada empat indikasi.

  • Pertama,  tuntutan pihak  mengatasnamakan keturunan PKI agar negara meminta maaf kepada PKI akibat peristiwa 1965. Ini dinilainya menjadi syarat rekonsiliasi nasional.
  • Kedua, Pemerintah juga diminta mengusut kuburan massal anggota PKI pada 1965. Kuburan ini diklaim menjadi bukti adanya pembantaian yang terstruktur.
  • Ketiga, maraknya penyelenggaraan seminar, diskusi, serta pertemuan-pertemuan yang digagas dan dilaksanakan oleh pihak  mengatasnamakan simpatisan atau pembela hak asasi manusia PKI. Pertemuan ini terjadi secara masif, sistematis, serta terbuka.
  • Keempat,  maraknya simbol, logo, dan hal ihwal yang berhubungan dengan PKI.

Berikutnya Habib Rizieq,  sependapat mengenai banyaknya indikator menandai bangkitnya komunisme. Bisa dilihat melalui upaya sejumlah kelompok masyarakat:

  1. Terus menerus menekan Pemerintah untuk mencabut Ketetapan MPRS Nomor XXV Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia,

    Pernyataan sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara  RI  bagi PKI, dan Larangan Menyebarkan atau Mengembangkan Paham atau Ajaran Komunis atau Marxisme-Leninisme.

  2. Pemaksaaan pembahasan RUU  tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi  2015 tak lolos dari target pembahasan RUU di DPR.

    Namun,  di awal 2016 sudah ada upaya dari segolongan orang di DPR  mengajukan kembali pembahasan RUU tsb.

    Targetnya, jika RUU tersebut lolos dan menjadi UU konsekuensinya adalah Rezim Jokowi harus meminta maaf kepada PKI, mengklarifikasi PKI adalah korban kejahatan perang, dan engkompensasi kerugian timbul akibat dari peristiwa pemberontakan serta pengkhianatan organisasi komunis itu.

  3. Hilangnya pelajaran sejarah tentang kekejaman dan pengkhianatan PKI dari kurikulumnya pendidikan nasional.

    Siapa  berkepentingan terhadap dua hal ini,  tidak lain adalah generasi muda dari para anggota PKI masa dahulu dan  saat ini masih menganut paham komunisme sangat kuat. Generasi muda PKI  saat ini ditengarai telah menyusup di berbagai level kehidupan bernegara dan berbangsa, mulai dari seni dan budaya dalam bentuk penerbitan buku dan film, hingga aktif di partai politik, eksekutif, dan legislatif

Rezim Jokowi perlu mengelola dan mengendalikan isu politik kebangkitan komunisme ini agar tidak menjadi konflik manifes. Jika tidak, issue ini dapat menjadi faktor pendukung merosotnya elektabilitas Jokowi menjelang Pilpres 2019 mendatang.

Baca Juga
- Berbondong-bondong tenaga kerja china ke Indonesia
- Kolom Politik

No comments: